Kamis, 24 April 2014

0 ♥ Kisah Cinta Sejati Ali bin Abi Thalib RA. & Fatimah Az Zahra ♥

Siapa yang beranggapan bahwa kisah cinta sejati terbaik di muka bumi ini adalah roman antara Romeo dan Juliet karya William Shakepeare? Blm prnh tahu kisah cinta Ali bin Abi Thalib, pemuda cekatan yg cinta ilmu & putri Rasulullah SAW, wanita tegar yg lembut, Fatimah Az zahra? Kalau tahu pasti kisah Romeo & Juliet tak lebih dr sbuah roman yg dilukis diatas kertas. | Buat jomblo, “Berbahagialah, Allah menyayangimu”. Kisah yg dilandasi iman & cinta pd Allah SWT & ini benar” terjadi sekitar 14 abad silam menghiasi indahnya langit jazirah Arab pd masa itu.


♥ Kisah Cinta Sejati Ali bin Abi Thalib RA. & Fatimah Az Zahra ♥

Cinta Ali pd Fatimah bkn cinta konyol yg terlontar begitu saja, namun sebuah cinta yg dihiasi proses kdewasaan dibalik umurnya yang masih muda. Cinta yang disimpannya begitu rapat, yang ia sendiri tak yakin itu cinta, sampai suatu saat perasaannya diuji. Ada lelaki luar biasa datang kepada Rasulullah. Sahabat yang membenarkan peristiwa Isra’ mi’raj & Rasulullah memberinya gelar “ash-siddiq”. Sahabat yang lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, atau lebih dikenal sbg Abu Bakar Ash-Siddiq, telah melamar putri Sang Rasul. Ali bin Abi Thalib RA. pun bergetar, namun tak serta merta membuatnya bergerak tak terarah.
“Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Ali sadar, Abu Bakar jauh lbh baik dr dirinya. Abu bakar bkn krabat dkt Nabi sprti Ali, namun cinta Abu Bakar pd Rasulullah bgitu besar. Ia (Abu Bakar Ash-Siddiq) yang menemani Rasulullah ketika hijrah, dan rela kakinya diracuni seekor ular. Menahan perihnya tanpa bersuara agar Rasulullah tidak terjaga dari tidurnya hingga air matanya tanpa ia sadari menetes ke pipi nabi. Sedangkan Ali bin Abi Thalib RA. merasa tidak sebanding dengan itu yang hanya menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya.
Ia sudah rela jika jodoh Fatimah adalah Abu Bakar ia siap untuk mundur, karena inilah ukhuwah yg jauh lebih indah dr cinta yg dirasanya sekarang.
Ia lebih mendahulukan kebahagiaan Fatimah atas cintanya. Namun ternyata lamaran Abu Bakar Ash-Siddiq di tolak.
Benih-benih cinta itu mulai bersemai kembali, dalam diam dan tenang ia mempersiapkan diri. Kelak suatu saat waktunya akan tiba. Dalam diam ia (Ali bin Abi Thalib RA.) tetap menjaga cintanya. Ya, dalam diamnya pada dunia. Tidak mengumbar apa yang ada di hatinya. Cukup keheningan seperempat malam terakhir dan tahajudnya yang tahu akan cintanya pada sang putri Rasul. Lagi-lagi cintanya di uji, kini seseorang yg tak kalah luar biasa kembali dtg menghadap Rasulullah & menyatakan niat untuk melamar Fatimah. Lelaki yang jikalau syeitan mendengar langkah kakinya maka ia akan lari terbirit birit. Sang Al Farruq, Umar ibn Al Khattab. Pembeda antara hak dan yang bathil. Lelaki yang membuat dakwah Islam jauh lebih terbuka dan terang terangan, Umar ibn Al Khattab. Memang, jika dibanding dengan Ali bin Abi Thalib RA., Umar ibn Al Khattab RA. termasuk yang terakhir memeluk Islam. Tapi semangatnya mengejar ketinggalan, & gegap gempita sabetan pedangnya yg konon hanya sanggup dibawa oleh 10 org ini membuat Ali kecut.
Lagi-lagi Ali meng-itsar-kan cintanya pada saudara nya Umar. Ia yakin Fatimah akan jauh lebih aman bersama Umar. Dan ia ridha akan itu. “Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan, Yang ini pengorbanan.”
Lagi-lagi lamaran ini di tolak. Ali bingung, lelaki seperti apa yang diidamkan Rasulullah menjadi menantunya? Siapa kiranya yg pantas menjadi pendamping Fatimah, 2 sahabat terbaik yg datang tak menemukan apa yg diinginkan. Ali jd ragu, akankah ia bisa?
Dibuang jauh-jauh prasaan itu, ia pun maju. Karena cinta tak menanti, ia ada jika kesempatan mempersilakan, & Ali mengambil kesempatan itu. Dengan modal harta yang apa adanya ia datang, hanya seperangkat baju besi yang biasa ia pakai berperang menjadi modalnya. Ia sampaikan tujuan nya pada Rasulullah. Nabi tersenyum kecil, dan berkata “Ahlan wa sahlan”. Lamaran bersambut. Ali lah yang memenangkan peperangan ini. Ia bukan berperang dengan Abu Bakar atau Umar dalam memperebutkan sang gadis pujaan. Lebih besar lagi, ia berperang melawan hawa nafsunya. Ia memenangkan hatinya sendiri, dari keraguan dan bisikan keputusasaan. Dalam ujian hati ini, Ali terus diam. Tak ada salah tingkah, tak ada syair-syair rindu, tak ada ratap sedih kegalauan. Ali menang dan maju sebagai lelaki sejati, menawarkan cinta berlandaskan keimanan pada sang Ayah Fatimah.
Akhirnya Ali menikahi Fatimah. Tanpa janji-janji, tanpa penantian yang tak berujung, tanpa harapan kosong yang dengan mudah diumbar. Ternyata tak kurang juga yang dilakukan Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (stlah menikah) Fathimah berkata kpd Ali.
Fatimah Az Zahra berkata, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda.” … Ali terkejut & berkata, “Kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? Dan Siapakah pemuda itu?” … Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan Aku u/ menikahkan Fatimah putri Khadijah dgn Ali bin Abi Thalib, … maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dgn maskawin 400 Fidhdhah (dlm nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tsb.”
Inilah cinta sejati, inilah cinta yg hakiki. Cinta yg disimpan dalam-dalam diruang hati, hanya Sang Pemilik cinta yg tahu akan rasa itu. Mungkin ia gadis yang kita cintai, atau pemuda itu yang kita dambakan. Namun, sungguh tak perlu rasanya ia tahu sebelum masanya tiba. Biarlah ia menunggu, sebagaimana Fatimah menunggu hadirnya cinta yang ia nanti. Atau jika kau lebih berani, jadilah Ali. Yang tak mengumbar janji dan maju melamar sang bidadari. Wallahu’alam.
Hina dihadapan orang”, insya Allah mulia dihadapan-Nya. Dan sekali lg buat para jomblo, “Berbahagialah, Allah masih menyayangimu”. :)

sumber. http://ikalestary.wordpress.com

0 Comments

Bagaimana Pendapat Anda ?