Minggu, 18 Mei 2014

0 Selain Kanker Ganas, AL-’Isyq (Penyakit Cinta) Juga Tidak Kalah Ganas

cinta
Katanya kalau sedang jautuh cinta, tahi kambing bisa rasa coklat. Kalau sedang jatuh cinta, dunia serasa milik berdua sedangkan yang lain “ngontrak”. Kalau sudah jatuh cinta, lapar dan dahaga tidak mengapa yang penting berdua dan berdekatan. Tidak bisa tidur jika jauh, cemburu membakar jika ia didekati yang lain, hati tidak tenang jika ia tidak di sisi. Indah terasa, tetapi sebenarnya ia sangat menyiksa, bahkan bisa berkembang dan meluas menjadi penyakit cinta (al-‘isyq), berkembang cepat layaknya kanker ganas. Inilah bahaya penyakit ini:
al’isyq adalah bahaya yang sangat teramat besar dan suatu kedunguan
seorang ulama berkata, “Saya lebih suka ditimpa musibah dosa melakukan kekejian daripada aku ditimpa dosa ‘isyq (cinta buta), sehingga hatiku beribadah kepadanya dan melalaikan diriku dari Allah. [Al-Jawabul Kaafi hal. 150]
Al-A’sha berkata, “Aku melihat kedunguan seseorang adalah mempertautkan hatinya pada gadis cantik, semakin dekat semakin pula menjauh.” [Diwan Al-A'sha hal. 47]
Al-’isyq perlu penanganan dan pengobatan khusus serta perjuangan kesungguhan

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ”gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan perbedaan dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderita sulit disembuhkan.” [Zadul Ma’ad Fi Hadyi Khairi Ibad, 4/265-274]
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata , Barangsiapa yang tidak memiliki kemauan yang besar, maka nyaris dia tidak dapat bebas dari bencana ini [al-’isyq]. Sebab orang yang mempunyai kemauan, ia tidak mau memiliki sedikit aib pun. Dan hawa nafsu itu senantiasa merasa hina dihadapan orang yang memiliki izzah/kemuliaan.” [Dzamul Hawa, Ibnul Jauzi, Hal. 477]
Al-’isyq menutut semua aib pujaan hati
Yang terlihat darinya hanya yang baik-baik saja, seakan-akan dunianya dipenuhi dengan bayang semu kebaikan pujaan hati. Setelah lama berlalu masa, setelah jemu melanda, setelah habis sari pati bunga dihisap, barulah ia menyesal.
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
[Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
@ Pogung Dalangan, Yogyakarta tercinta
Penyusun:   Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

0 Comments

Bagaimana Pendapat Anda ?