Katanya kalau sedang jautuh
cinta, tahi kambing bisa rasa coklat. Kalau sedang jatuh cinta, dunia
serasa milik berdua sedangkan yang lain “ngontrak”. Kalau sudah jatuh
cinta, lapar dan dahaga tidak mengapa yang penting berdua dan
berdekatan. Tidak bisa tidur jika jauh, cemburu membakar jika ia
didekati yang lain, hati tidak tenang jika ia tidak di sisi. Indah
terasa, tetapi sebenarnya ia sangat menyiksa, bahkan bisa berkembang dan
meluas menjadi penyakit cinta (al-‘isyq), berkembang cepat layaknya
kanker ganas. Inilah bahaya penyakit ini:
al’isyq adalah bahaya yang sangat teramat besar dan suatu kedunguan
al’isyq adalah bahaya yang sangat teramat besar dan suatu kedunguan
seorang ulama berkata, “Saya lebih suka ditimpa musibah dosa
melakukan kekejian daripada aku ditimpa dosa ‘isyq (cinta buta),
sehingga hatiku beribadah kepadanya dan melalaikan diriku dari Allah.
[Al-Jawabul Kaafi hal. 150]
Al-A’sha berkata, “Aku melihat kedunguan seseorang adalah mempertautkan hatinya pada gadis cantik, semakin dekat semakin pula menjauh.” [Diwan Al-A'sha hal. 47]
Al-A’sha berkata, “Aku melihat kedunguan seseorang adalah mempertautkan hatinya pada gadis cantik, semakin dekat semakin pula menjauh.” [Diwan Al-A'sha hal. 47]
Al-’isyq perlu penanganan dan pengobatan khusus serta perjuangan kesungguhan
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ”gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan perbedaan dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderita sulit disembuhkan.” [Zadul Ma’ad Fi Hadyi Khairi Ibad, 4/265-274]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ”gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan perbedaan dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderita sulit disembuhkan.” [Zadul Ma’ad Fi Hadyi Khairi Ibad, 4/265-274]
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata , Barangsiapa yang tidak memiliki
kemauan yang besar, maka nyaris dia tidak dapat bebas dari bencana ini
[al-’isyq]. Sebab orang yang mempunyai kemauan, ia tidak mau memiliki
sedikit aib pun. Dan hawa nafsu itu senantiasa merasa hina dihadapan
orang yang memiliki izzah/kemuliaan.” [Dzamul Hawa, Ibnul Jauzi, Hal.
477]
Al-’isyq menutut semua aib pujaan hati
Yang terlihat darinya hanya yang baik-baik saja, seakan-akan dunianya dipenuhi dengan bayang semu kebaikan pujaan hati. Setelah lama berlalu masa, setelah jemu melanda, setelah habis sari pati bunga dihisap, barulah ia menyesal.
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
[Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
Yang terlihat darinya hanya yang baik-baik saja, seakan-akan dunianya dipenuhi dengan bayang semu kebaikan pujaan hati. Setelah lama berlalu masa, setelah jemu melanda, setelah habis sari pati bunga dihisap, barulah ia menyesal.
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
[Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
@ Pogung Dalangan, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul BahraenArtikel www.muslimafiyah.com
0 Comments
Bagaimana Pendapat Anda ?