Banyak sekali permainan tradisional yang
mungkin selama ini udah kamu lupakan. Tapi mudah-mudahan dengan
hadirnya artikel ini kamu bisa mengenang dan mengingat masa kecilmu
dulu. hehe...
1. Main Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut
nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca,
tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat
yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat
bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan
nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di
Banjar, kleker dan di bagian Riau Pesisir disebut permain Guli.
2. Main Karet
Karet gelang juga bisa dijadikan mainan
yang asyik, antara lain jepret-jepretan dengan karet gelang. Kulit
manusia yang terkena jepretan karet gelang biasanya tidak apa-apa, tapi
bila dijepretkan ke binatang, muka orang atau terkena mata bisa
berbahaya.
Karet gelang juga bisa dilontarkan
dengan pistol-pistolan buatan sendiri dari kayu bekas yang ringan atau
sumpit sekali pakai. Di Jepang bahkan ada kejuaraan nasional menembak
karet gelang.
Selain itu, “LOMPAT TALI” pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali(atau dalam bahasa jawa disebut SEMPRENG)
ini menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi
sore di rumah. Sekarang, “main karet” mulai dilirik kembali antara lain
karena ada sekolah dasar menugaskan murid-muridnya membuat roncean
tali dari karet gelang untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga.
3. Enggrang
Egrang adalah permainan tradisional
Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi
dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti :
sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata
Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu
bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama
burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang
berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam
bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
Egrang terbuat dari batang bambu dengan
panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50cm dari bawah, dibuat tempat
berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara
memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang
tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling
cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya.
4. Main Engklek atau Engkek-Engkek
Permainan dengan cara membuat
kotak-kotak di jalan atau lantai kemudian melewati kotak dengan cara
melompat dengan kaki sebelah, sambil mengambil gacuk.
Itulah
jenis permainan yang dapa menyatukan kebersamaan sebelum adanya
Playstation, Game Online dan lain-lain hanya ada Gameboot Tetris waktu
itu, itupun tak semua memilikinya karena tak terjangkau harganya.
5. Galah Panjang
Galah panjang adalah sebuah permainan
meloloskan diri dari para penjagaan untuk permainan ini biasadilakukan
bulan ramadhan selepas solat subuh berjamaah, permainan ini menggunakan
garis di jalanberaspal (kalau subuh jarang sekali jalan digunakan)
jadi menggaris aspal biasa digunakan denganmenaburkan pasir atau
menggaris menggunakanbatu kapur.
6. Meriam atau Legum
Legum (orang jawa, khususnya jawa
timur biasa menyebutnya dengan sebutan "bumbung") adalah permainan
musiman yang terbuat dari Bambu yang panjangnya kira-kira 2 meter atau 1
meter setengah yang dibolongin ruasnya dari mulai ruas pertama, kedua
dan seterusnya namun untuk ruas yang terakhir tidak dibolongkan, bahan
bakarnya bisa minyak tanah, dan juga bisa menggunakan karbit dengan air,
Legum dimainkan saat bulan ramadhan dan
berakhir saat lebaran tiba, untuk bambu yang digunakan tidaklah bambu
sembarangan melainkan tebalnya kurang lebih 1 cm dan untuk mendapatkan
suara yang khas dicari bambu yang sedikit melengkung.
6. Gasing
Permainan gasing (atau oarang jawa
biasa menyebutnya kekean). permainan ini sangat mengasyikkan tpi juga
harus berhati-hati. kekean ini terbuat dari kayu yang kuat dan lunak,
seperti kayu pohon pete. cara bermain menggunakan tali rafia yang
dikepang terlebih dahulu.
7. Benteng-Bentengan
Permainan bentengan adalah salah
satu dari permainan tradisional. Di daerah Jawa Barat permainan ini
lebih dikenal dengan nama rerebonan, sedangkan di daerah lain permainan
ini lebih dikenal dengan nama prisprisan, omer, dan jek-jekan. Dalam
permainan bentengan sekelompok anak-anak membagi diri menjadi dua
kelompok yang akan saling berlawanan. Setelah terbentuk dua kelompok
yang saling berhadapan, mereka mencari posisi masing-masing sebagai
basis mereka atau yang di sebut dengan benteng. Biasanya sebuah tiang
atau pilar. Permainan ini tidak menggunakan alat apa pun. Masing-masing
benteng kedua belah pihak harus terletak agak berjauhan dan dapat
dilihat oleh satu sama lain.
Biasanya permainan ini dimulai dengan
majunya salah satu pemain daribentengan-1 salah satu benteng untuk
menantang para pemain dari benteng lawannya. Pemain dari benteng
lawannya akan maju untuk mengejar. Jika pemain dari benteng penantang
ini dapat terkejar dan dapat disentuh oleh pemain lawan, maka pemain
penantang dijadikan sebagai tawanan. Biasanya pemain penantang akan
berlari menghindar atau kembali ke bentengnya sendiri. Teman-teman dari
benteng penantang ini, akan mengejar pemain dari benteng lawan yang
memburu tadi. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar
mengejar antara pemain dari kedua benteng. Sering kali terjadi adalah
salah satu benteng kehabisan pemain karena ditawan dan bentengnya
dikepung oleh lawannya. Para pengepung ini, dapat membebaskan
teman-temannya yang menjadi tawanan. Setelah dibebaskan, para mantan
tawanan ini dapat turut mengepung benteng lawannya. Sisa pemain dari
benteng yang terkepung, dapat mengejar para pengepung untuk
mempertahankan bentengnya, atau balik mengirimkan penyerang ke benteng
pengepung jika benteng para pengepung tidak ada penjaganya.
8. Petak Umpet
Petak umpet atau dalam bahasa
Inggris Hide and Seek adalah salah satu permainan tradisional anak-anak
yang sudah sangat terkenal, dalam bahasa jawa disebut "singidanan".
Selain di Indonesia permainan ini juga sangat digemari oleh anak-anak
diluar negeri. Untuk memainkan permainan ini, kita membutuhkan banyak
orang minimal 4 atau 5 orang. Permainan ini sangat populer dibanding
permainan tradisional yang lain karena permainan ini sangat mengasikan
dan juga banyak manfaatnya.
Sekedar pemberitahuan kalau permainan ini ditempat saya (Bagansiapiapi) namanya Ondok-Ondok hehe.
9. Ketapel
ketapel, dalam bahasa jawa disebut "setiep"
Sebenarnya ketapel ini bukan permainan,
tetapi anak-anak sewaktu saya kecil seringkali memiliki ketapel untuk
bermain dan berburu burung. Permainan dengan ketapel ini adalah dengan
lomba menembak sasaran seperti kaleng bekas atau buah.
Ketapel terbuat dari cabang pohon dan
dipotong membentuk huruf “Y”, peluru ketapel dapat dengan menggunakan
batu kerikil atau buah jambu yang masih kecil. Untuk pelontarnya
digunakan karet getah yang di kepang dan diikat di masing2 cabang
ketapel, batu yang menjadi peluru ditahan di sebuah lembaran karet atau
bahan kulit.
Lain daerah lain pula nama istilahnya, tapi disini saya cuma tau nama dari kampung saya yaitu Main Cupang.
10. Patuk Lele
patuk lele, atau biasa disebut"jentiek"
Permainan ini menggunakan alat dari dua
potongan bambu/ranting kayu kecil yang satu menyerupai tongkat
berukuran kira kira 30-40 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama
potongan bambu yang kecil ditaruh diantara lubang yang telah di buat
ditanah (bisa juga pakai ganjalan batu) lalu dipukul oleh tongkat
bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin,
pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali
pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut.
Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan
meneruskan. Sampai giliran orang terakhir.
Ini salah satu permainan favourite saya
waktu kecil, tapi untuk aturan permainannya saya sendiri sudah lupa.
Maklumlah udah ada sekitar 15 tahun yang lalu mainnya hehe. sekarang
kan dah tuir(tua) haha
11. Main Pecah Piring
Main pecah piring disini bukan berarti
memecahkan piring yang biasa kita gunakan untuk makan tapi piring
disini dibuat dari tutup botol yang diratakan dan dilobangi tengahnya
pake paku dan ada juga yang menggunakan tempurung kelepa. Dalam
permainan dibutuhkan pecah piring(tutup botol yang sudah dilobangi)
sebanyak 10 – 20 keping tutup botol, 1 Bola Kasti(ada juga yang pake
bola lain), Lidi atau kawat yang ditancapkan ketanah untuk menyusun
piringan tutup botol ketika main dan orangnya minimal 6 orang yang akan
dibagi menjadi 2 kelompok.
Susun pecah piringnya didekat
lidi/kawat, trus 1 orang menjaga pecahan piring untuk menangkap bola
ketika regu lawan memecahkan tumpukan piring yang tersusun. Setelah
dipecahkan, sipemecah berlari menghindari lemparan bola dari regu yang
jaga. ya sampai situ aja saya ingat, dah pada lupa..
12. Tembakan Bambu
orang jawa biasa menyebutya "tulup"
Permainan yang paling digemari anak
kecil terbuat dari bambu dengan peluru tunas jambu atau kertas yang
dibasahi. saya lupa dikampung saya ntah apa namanya, kalau ditempat
lain ada yang nyebutnya permainan cetoran dan sentokan.
13. Sambar Elang
aku biasa menyebutnya "sogo telik"
Permainan ini biasanya dimalam hari
terutama pada bulan Puasa setelah selesai Sholat Tarawih berkumpul
ramai-ramai untuk bermain, kenapa mereka memilih malam hari?? Karena
dulunya anak-anak sekolah pada libur penuh selama bulan Puasa jadi gak
perlu tidur cepat-cepat.
Permainan ini terdiri dari 2
tim/kelompok, dimana tim 1 lari dan bersembunyi didalam kegelapan dan
tim 2 harus mencari dan menangkap semua anggota tim 1. Jika sudah ada
anggota tim 1 yang tertangkap, temannya yg belum tertangkap masih bisa
membebaskan teman setimnya ini dengan cara berlari menyambar temannya
yang udah tertangkap tadi agar yang tertangkap bisa lari dan sembunyi
lagi. ya begitulah seterusnya…
Sekarang mah mana ada yang berani main ngumpet gitu malam hari…
14. Main Simbang atau Bekel
Besimbang atau bermain simbang adalah
suatu permainan yang terdapat di Sedanau, Kepulauan Riau. Besimbang
mirip dengan bekel, hanya saja, bola “induk” yang digunakan bukanlah
bola bekel yang dapat memantul, melainkan terbuat dari kulit-kulit
kerang ataupun kulit siput yang bagus dan licin. Permainan ini telah
ada sejak zaman kekuasaan Sultan Riau pada abad XVII.
Jumlah pemain besimbang 2–6 orang,
dengan usia 6–7 tahun. Permainan ini milik kaum perempuan. Artinya,
hanya kaum perempuan sajalah yang memainkannya.
Ada dua cara dalam bermain simbang,
yaitu: main nyurang dan main berundung. Main nyurang, artinya bermain
seorang-seorang (individual) dengan jumlah pemain 2–4 orang. Sedangkan,
main berundung adalah bermain dengan sistem beregu yang terdiri dari
dua regu dan jumlah pemainnya 3–6 orang. Aturan mainnya, baik itu main
nyurung maupun berundung nyaris sama, yaitu seseorang harus
melambungkan “bola induk”, kemudian mengambil buah simbang yang
berjumlah 5–6 buah. Sekali melambungkannya pemain diharuskan mengambil
buah simbang yang jumlahnya bertambah banyak (lambungan yang pertama
sebuah; kedua dua buah; dan seterusnya). Jika seluruh simbang telah
terambil, maka yang bersangkutan mendapat angka. Sebaliknya, jika
sedang melambungkan “bola induk” tetapi tidak berhasil mengambil
simbang yang ditentukan, maka dia dinyatakan des dan digantikan oleh
pemain lainnya.
15. Layang-layang
Ada catatan yang menyebutkan bahwa
permainan layang-layang telah ada di Cina sejak tahun 2500 Sebelum
Masehi. Konon, layang-layang pertama berasal dari caping petani Cina
yang melayang karena diterbangkan angin. Namun baru-baru ini telah
ditemukan lukisan orang yang sedang bermain layang-layang pada dinding
gua di daerah Sulawesi Tenggara. Gua ini diperkirakan pernah ditinggali
manusia suku Muna pada zaman batu.
Layang-layang tradisional suku Muna bernama “Kaghati”. Layang-layang ini masih dibuat hingga sekarang, lo. Kaghati terbuat dari daun ubi hutan yang disebut kolophe dan bambu rami. Benangnya terbuat dari serat nanas. Kaghati sering mengikuti festival layang-layang nasional maupun festival internasional. Kaghati pernah mendapatkan penghargaan dari kalangan pecinta layang-layang sebagai layang-layang paling alami yang masih bertahan hingga saat ini.
Layang-layang tradisional suku Muna bernama “Kaghati”. Layang-layang ini masih dibuat hingga sekarang, lo. Kaghati terbuat dari daun ubi hutan yang disebut kolophe dan bambu rami. Benangnya terbuat dari serat nanas. Kaghati sering mengikuti festival layang-layang nasional maupun festival internasional. Kaghati pernah mendapatkan penghargaan dari kalangan pecinta layang-layang sebagai layang-layang paling alami yang masih bertahan hingga saat ini.
Layang-Layang terbuat dari lembaran
bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara. Lembaran tipis ini
terhubungkan dengan tali atau benang sebagai pengendali. Layang-layang
memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pembumbungnya.
Dijaman sekarang ini semua udah pada berubah, sebagian besar anak-anak sudah canggih lebih memilih main hp, Play Station dan Didepan komputer.
Main HP
Main Play Station
0 Comments
Bagaimana Pendapat Anda ?