Oleh : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A hafidzahullah*
Kerongkongan terasa kering keronta, perut terasa lapar, akibatnya badan terasa lemas, konsentrasi berkurang, dan produksiturun. Mood Anda pun berantakan; emosional, mudah tersinggung, dan empati kepada orang sekitarpun tak menentu.
Coba Anda berdiri di depan kaca, amatilah raut wajah Anda.
Lesu, muram dan mungkin ketampanan atau kecantikan yang selama ini
melekat di wajah anda terkikis atau bahkan telah sirna. Mungkin
demikianlah gambaran tentang diri Anda pada setiap siang hari di bulan
Ramadhan, terlebih-lebih bila pada pagi harinya anda tertidur sehingga
tidak sempat menyantap makan sahur.
Apa gerangan yang menjadikan diri Anda demikian adanya?
Bukankah selama ini Anda dikenal sebagai seorang yang gagah
perkasa,cerdas, cakap, sigap dan berpenampilan menawan?
Mengapa semua ini terjadi pada diri Anda? Apa yang
menjadikan diri Anda berubah total sedemikian rupa, padahal Anda tidak
sedang menderita sakit, atau didera masalah berat, juga tidak sedang
dililit hutang?
Selanjutnya, coba bandingkan diri Anda setelah anda meneguk
seteguk air dan menyantap sesuap nasi. Semuanya jadi berubah, Anda
kembali ceria, raut wajah Anda kembali menawan, mood Anda pun kembali normal, ketangkasan dan kecerdasan Anda pun kembali seperti sedia kala.
Subhanallah! Ketampanan, kecerdasan, ketangkasan,
kegagahan, yang selama ini Anda sandang ternyata tergantung dengan
sesuap nasi dan seteguk air. Sedemikian besarkah peranan sesuap nasi dan
seteguk air dalam hidup Anda, sampai-sampai kehidupan Anda menjadi
berubah hanya karena telat makan dan minum?
Mungkinkah kepandaian Anda, kegagahan, dan ketampanan Anda
selama ini sebenarnya terletak pada nasi sesuap dan air seteguk? Bila
demikian adanya, mengapa selama ini ada keangkuhan dan kesombongan dalam
kehidupan Anda? Mengapa kecongkakan senantiasa menghiasi lembaran
sejarah hidup Anda?
Bila demikian, mengapa Anda seakan tidak butuh kepada kasih
sayang dan pertolongan Allah, sehingga Anda jarang mengangkat tangan
untuk berdoa kepada-Nya?
Saudaraku! Simaklah petuah Luqman Al Hakim kepada putranya:
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi
dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Al Isra’ 37)
Apa yang dapat Anda lakukan bila ternyata segala kehebatan
anda tergantung kepada sesuap nasi dan seteguk air? Mungkinkah dengan
kesombongan dan keangkuhan Anda mampu menembus bumi dan mengalahkan
ketinggian gunung?
Saudaraku! Apalah artinya kesombongan dan keangkuhan, bila
ternyata nilai kegagahan, kecakapan, dan kecerdasan Anda hanya seberat
sesuap nasi dan seteguk air, sehingga sekedar anda telat makan dan minum
sejenak saja, semuanya mulai meredup.
Coba Anda bayangkan, andai rasa lapar dan haus yang anda
rasakan sekarang ini berkepanjangan sebagaimana yang dirasakan oleh
banyak orang, akankah kegagahan, ketampanan dan ketangkasan masih
melekat pada diri Anda?
Subhanallah! Ternyata semua yang Anda miliki tidak
lagi berguna, di saat Anda terhalang dari seteguk air dan sesuap nasi.
Betapa hinanya kehidupan dunia yang anda perjuangkan selama ini.
Pada suatu hari Ibnu As Simaak manemui Harun Ar Rasyid. Tak
berapa lama, Harun Ar Rasyid merasa haus, sehingga iapun segera
memerintahkan agar diambilkan air minum. Tanpa pikir panjang seorang
pelayan segera membawa bejana yang berisi air dingin. Sebelum Harun Ar
Rasyid meminum air itu, ia berkata kepada Ibnu As Simaak: Berilah aku
petuah! Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Ibnu As Simaak pun segera
berkata kepadanya: Wahai Amirul Mukminin! Berapakah engkau akan menebus
air minum itu bila engkau sedang kehausan dan ternyata aku kuasa
menghalangimu darinya? Harunpun menjawab: Dengan separoh kerajaanku.
Selanjutnya Ibnu As Simaak berkata: Silahkan engkau menikmati air
minummu.
Seusai Harun Ar Rasyid minum air itu, Ibnu As Simaak
kembali bertanya: Bayangkan, andai aku kuasa menghalang-halangi air
minum yang telah engkau minum untuk keluar dari tubuhmu (menyumbat
saluran air senimu), berapakah biaya yang akan engkau keluarkan agar air
senimu dapat keluar? Harun Ar Rasyid pun kembali menjawab: Sebesar sisa
kerajaanku.
Mendengar jawaban ini, Ibnu As Simakpun menimpalinya dengan
berkata: “Suatu kerajaan yang separohnya dihargai dengan seteguk air,
dan sisanya dihargai dengan air seni, tidaklah pantas untuk
diperebutkan.” Mendengar petuah ini, spontan Harun Ar Rasyid pun
menangis tersedu-sedu. (Tarikh At Thobary 6/538 & Al Bidayah wa An Nihayah 10234)
Demikianlah fakta diri Anda, masihkah anda tergoda untuk bersikap angkuh, sombong dan merasa hebat?
Ketahuilah saudaraku, sesungguhnya kesempurnaan diri Anda
terletak pada kerendahan hati Anda, semakin Anda rendah hati, maka
semakin tinggi derajat Anda disisi Allah dan di sisi masyarakat. Akan
tetapi semakin Anda merasa angkuh dan merasa tinggi, maka semakin rendah
kedudukan Anda di sisi Allah dan juga di sisi masyarakat.
(مَنْ تَوَاضَعَ للهِ رَفَعَهُ اللهُ)
“Barang siapa merendah diri karena Allah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya.” (H.R Ahmad, shahih)
Dan sebagian ulama’ terdahulu berkata:
مَنْ تَوَاضَعَ للهِ رَفَعَهُ اللهُ ، فَهُوَ فِي نَفْسِهِ
صَغِيرٌ ، وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ عَظِيمٌ ، وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ
اللهُ، فَهُوَ فِي أَعْيُنِ النَّاسِ صَغِيرٌ ، وَفِي نَفْسِهِ كَبِيرٌ ،
حَتىَّ لَهُوَ أَهْوَنَ عَلَيهِمْ مِنْ كَلْبٍ أَوْ خِنْزِيرٍ
“Barang siapa merendah diri karena Allah, niscaya Allah
akan meninggikan derajatnya. Dengan demikian ia merasa dirinya kecil
tidak berarti, akan tetapi masyarakat memandangnya sebagai orang yang
mulia nan terhormat. Dan barang siapa yang berlaku sombong, niscaya
Allah menghinakannya, sehingga masyarakat memandangnya sebagai orang
hina, walaupun ia merasa sebagai orang besar, sampai-sampai di mata
masyarakat ia lebih hina dibanding anjing atau babi.”
Demikianlah saudaraku! Ibadah puasa telah menyingkap siapa
sebenarnya jati diri Anda. Bersyukurlah kepada Allah Yang masih memberi
kesempatan kepada Anda untuk mengenal siapa sebenarnya diri Anda. Dengan
demikian Anda tidak hanyut oleh kenikmatan Allah sehingga lupa daratan
dan bersikap angkuh lagi sombong.
Apa yang saya paparkan di atas, bukan berarti larangan Anda
menikmati makanan yang lezat, mengenakan pakaian yang bagus dan
menikmati kehidupan dunia lainnya. Nikmatilah karunia Allah, akan tetapi
pada waktu yang sama, ketahuilah bahwa kekayaan dunia bukanlah standar
kemuliaan seseorang.
(إِنَّ اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلاَقَكُمْ كَمَا
قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ وَإِنَّ اللهَ لَيُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ
أَحَبَّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ وَلاَ يُعْطِي الدِّينَ إِلاَّ مَنْ أَحَبَّ،
فَمَنْ أَعْطَاهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ
“Sesungguhnya Allah telah membagi-bagi akhlaq /perangai
kalian, sebagaimana Allah telah membagi-bagi rizqi kalian. Sesungguhnya
Allah benar-benar memberikan kekayaan dunia kepada orang yang Ia cintai
dan juga kepada orang yang tidak Ia cintai. Sedangkan Ia tidak pernah
memberi kedudukan dalam agama (akhlaq mulia) kecuali kepada orang yang
Ia cintai. Dengan demikian, orang yang telah dikaruniai kedudukan dalam
agama (akhlaq mulia) berarti Allah telah mencintainya.” (H.R Al Hakim, shahih)
Jelaslah, bahwa apa yang selama ini didoktrinkan oleh sebagian orang tua: “harga diri seseorang dipandang dari penampilannya“, tidak pada tempatnya. Sesungguhnya kemuliaan dan kehormatan seseorang dinilai dari kesucian jiwa dan keluhuran akhlaknya.
(رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ
“Mungkin saja orang yang berpenampilan kusut, senantiasa
diusir dari pintu rumah orang, akan tetapi bila bersumpah memohon
sesuatu kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya.” (H.R. Muslim)
Bila Anda berjiwa luhur dan berakhlak mulia, maka di mata Anda segala gemerlap dunia menjadi remeh.
Semoga ibadah puasa Anda dapat meninggikan derajat jiwa Anda dan merubah akhlak Anda menjadi semakin mulia. Wallahu a’alam bisshowab.
*****
* Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A hafidzahullah merupakan salah satu penasehat Majalah Kesehatan Muslim. Beliau adalah doktor di bidang fikih alumni Universitas Islam Madinah Saudi Arabia.
0 Comments
Bagaimana Pendapat Anda ?